Perjuangan Kohati Sebagai Pelopor Pendidikan


Perjuangan Kohati Sebagai Pelopor Pendidikan

Dwi Rahayu

   Salah satu pilar HMI adalah Kohati dengan geraknya sebagai fasilitator pembelajaran atau pendidikan, penguatan dan pemberdayaan serta pendampingan atau pembelaan terhadap masyarakat. Oleh karena itu, Kohati merumuskan tujuannya yaitu Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita. Arti dari tujuan Kohati tersebut yaitu mampu memposisikan diri sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI (Lima Kualitas Insan Cita). Namun ia berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-Wati untuk menjadi muslimah yang berkwalitas insan cita.
   Pepatah pernah berkata “Perempuan adalah tiang negara, bila kaum perempuannya baik (berakhlak karimah) maka negaranya baik dan bila perempuannya rusak (amoral) maka rusak pula negara itu”. Oleh karena itu, seorang muslimah harus mampu mempertahankan fitrahnya dan menjadi sosok yang lebih baik agar mampu mencetak generasi penerus yang lebih berkualitas. Selain mempertahankan fitrahnya, muslimah juga mengemban tugas lain yaitu sebagai pendakwah Islam. Hal tersebut bertujuan untuk mengajak serta menyadarkan manusia yang sedang ataupun masih jauh dari Tuhan (Allah swt) agar mau kembali kepada-Nya dan mengembalikan kejayaan Islam pada masanya. 
    Dalam Tujuan HMI-Wati kita ketahui adalah terbinanya muslimah berkualitas insan cita. Jadi, sebagai HMI-Wati memiliki salah satu peran yaitu menjadi seorang istri di dalam sebuah rumah tangga. Oleh karena itu, dapat digambarkan bahwa peran HMI￾Wati adalah menjadi ustadzah terbaik bagi keluarganya. Istri adalah seseorang yang mampu menjadi ustadzah bagi suaminya. Ketika seorang suami sedang berada pada titik kekufuran (penurunan semangat), maka seorang istri juga harus mampu memberikan motivasi serta membantu suami agar bisa bertahan dan bangkit seperti sediakala. Selain itu, istri juga sebagai ustadzah ketika suami mengalami problematika yang menjadikan kehilangan arah dan pegangan, maka seorang istri dituntut mampu berperan sebagai teman sekaligus guru bagi suami agar tidak terjerumus ke dalam berbagai tindakan maksiat dan dosa.
    Pepatah pernah berkata bahwa, “Di balik tokoh yang agung, ada seorang istri yang agung”. Ya, memang benar karena istri memiliki peran penting dan sangat berpengaruh bagi suami dan anak-anak (keluarga) walaupun ia berada di belakang layar. Ketika kaum perempuan nantinya menikah dan memiliki anak yang akan hadir menyemarakkan kehidupan rumah tangganya, maka seorang istri juga berperan penting di sana. Mereka berperan sebagai ustadzah bagi anak-anaknya. Pendidikan pertama dan paling utama bagi setiap anak adalah pendidikan yang di selanggarkan oleh keluarga terutama dari seorang ibu (kaum perempuan). Pendidikan yang diberikan tidak sekadar mengajarkan anak tentang suatu ilmu pengetahuan, tetapi juga mendidiknya dalam hal moral serta membentuk karakter mereka agar menjadi generasi penerus yang baik dan memiliki kualitas yang tinggi.
    Dalam hal ini, Kohati merupakan ustadzah bagi keluarganya. Di balik Kohati yang shalihah dan cerdas, akan lahir dan tumbuh putra-putri penerus bangsa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, jika Kohati tidak pernah mengenal ilmu pengetahuan, maka dia akan melahirkan generasi penerus yang hanya bisa menjadi manusia dengan kehidupan penuh kesia-siaan. Jadi, Kohati adalah inti di tengah rumah tangga dan masyarakat. Di mana ia mampu memberikan pengaruh baik kepada anak-anaknya melalui perkataan, keteladanan, cinta, dan kasih sayang.
   Sebagai seorang ibu, Kohati seharusnya mampu memberikan kesibukkan kepada anak agar lebih mendalami ilmu tentang Al Qur’an dan hadits. Jika seorang anak menunjukkan akhlak yang baik, maka berilah ia pujian atau hadiah yang menyenangkan hatinya. Begitu juga sebaliknya, kecuali jika dalam perbuatan itu akan menjurus pada kebiasaan, maka wajib bagi orang tua meluruskannya. Oleh karena itu, jadilah kohati yang sadar akan peranan dan tugasnya di dalam keluarga, karena rahim emasmu akan melahirkan genrasi-generasi berkualitas untuk penompang bangsa ini. Jayalah Kohati, Bahagia HMI.
YakUSa
Yakin Usaha Sampai. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi buku: Ibnu Sina

Suaramu Lirih

Jeritan Itu